Pendidikan seks, pengetahuan untuk anak-anak, remaja, dan orang tua, agar tahu cara mengendalikan dan melindungi diri.



Selama ini kita pasti sering mendengar untuk meredam masalah seksualitas pada anak-anak, salah satunya adalah melalui pendidikan seks. Tapi bagi psikolog Sani B. Hermawan, Psi., dari Lembaga Konsultasi Psikologi Daya Insani, pendidikan seks bukan hanya dominasi anak-anak. Bahkan orang tua seperti kita, juga perlu mendapatkan pendidikan seks. Mendengar pernyataan itu, mungkin kita bertanya, untuk apa orang tua perlu mendapatkan pendidikan seks?

"Pendidikan seks adalah pengetahuan mengenai tubuh dan seksualitas. Dan proses kita mengenali tubuh tak akan berhenti sampai pada anak-anak saja," ucapnya kepada Prevention. Sani pun mulai menjelaskan. Pada anak-anak yang masih balita, pendidikan seks adalah memberikan pengetahuan pada anak mengenai fungsi alat kelaminnya. "Memberitahu mengenai perbedaan alat kelamin perempuan dengan laki-laki dan fungsinya." Lalu ketika anak berusia Sekolah Dasar (SD), anak-anak melalui pendidikan seks akan diberikan pemahaman mengenai pentingnya menjaga kebersihan alat kelamin.
Pada anak yang memasuki usia pubertas, Sani menyebutkan, pendidikan seks mengarah pada perubahan fisik tubuh dan hormonal yang akan dialami oleh anak perempuan dan laki-laki. "Bekali juga mereka mengenai pentingnya melindungi diri dari pelecahan seksual serta dorongan seksual." Sebab jika pada usia pubertas hal seperti ini tak dibicarakan secara terbuka, menurut Sani akan membuat anak remaja rentan terhadap perilaku seksual yang tak sehat. Bahkan Sani menganalisa, keinginan anak remaja untuk mengakses video dewasa karena minimnya pengetahuan seksual. "Mereka merasa video itu membantu menjelaskan gejolak seksual yang mereka rasakan. Padahal gejolak seksual bisa dihadapi dengan lebih sehat, asal anak-anak merasa nyaman bercerita dengan orang tua ketimbang kepada teman-temannya."
Beranjak dewasa, pendidikan seks dibutuhkan untuk membekali para calon suami dan isteri mengenai hubungan seks yang sehat. Sedangkan pada orang tua, pendidikan seks adalah panduan agar bisa menikmati hubungan seks yang berkualitas. "Jadi pendidikan seks bukanlah semata-mata untuk membekali anak-anak tapi juga orang tuanya agar tetap harmonis." Itu mengapa, Sani lebih suka menyebut pendidikan seks sebagai suatu dialog terbuka antara orang tua dengan anak-anak dan ayah dengan ibu, atau pun sebaliknya.
Karena itu, modal sebagai orang tua untuk menciptakan dialog terbuka tersebut menurut Sani adalah dengan memahami materi dan tujuan pendidikan seks terlebih dahulu. "Melalui pendidikan seks, kita bisa menanamkan moral, etika, komitmen, agar tidak terjadi penyalahgunaan. Sehingga kita dan anak-anak, sama-sama memahami tubuh dan apa yang harus dilakukan untuk menjauhkannya dari berbagai praktek pelecehan seksual."
Sani pun membekali kita dengan 7 modal awal sebelum memberikan pendidikan seks pada anak:
  1. Luangkan waktu untuk berdialog.
  2. Miliki sikap terbuka, informatif, dan yakinlah bahwa apa yang kita berikan penting bagi anak-anak.
  3. Siapkan materi dan penyampaian yang sesuai, serta gunakan istilah ilmiah untuk menghindari kesalahpahaman penyebutan.
  4. Gunakan media atau alat bantu seperti buku atau gambar anatomi.
  5. Membekali diri dengan wawasan yang cukup.
  6. Menyakinkan diri bahwa pendidikan seks penting dan bermanfaat.
  7. Mendiskusikan kepada ahli jika ragu atau bingung.
Setidaknya jika kita sudah memiliki modal mengenai pentingnya pendidikan seks, maka dengan begitu kita tak akan canggung lagi berbicara mengenai seks kepada anak dan pasangan. Pada pasangan, kita akan terbiasa untuk sama-sama mencari solusi yang sehat terhadap berbagai masalah hubungan seks yang dihadapi. Sehingga seks dibicarakan pada porsi dan situasi yang tepat. "Justru dengan begitu, kita sudah membekali seluruh anggota keluarga untuk terhindar dari pelecehan seksual dan pemerkosaan." (Siagian Priska)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

tembung lan watake sengkalan

luk ,gregel, cengkok

cara maca macapat